Dahulu di Condet, Betawi, terkenal seorang laki-laki pemberani yang dikenal dengan nama Entong Gendut. Dialah yang memimpin rakyat Condet melawan kesewenang-wenangan wedana dan mantri polisi kala itu. Sikapnya ini dilatari karena Entong Gendut trenyuh dan prihatin ketika suatu ketika menyaksikan salah satu rumah petani dibakar habis oleh tuan tanah.
Pernah suatu ketika di Villa Nova, rumah nyonya besar Rollinson yang memiliki tanah di Cililitan Besar. Saat itu malam tanggal 15 April, sedang ada pertunjukan topeng. Tapi suasana sudah panas. Ketika sore tadi tuan tanah dari tanjung Oost, Ament, naik mobilnya lewat jembatan, ia dilempari batu. Dan ternyata ketika pertunjukan topeng menuju jam 11 malam, terdengar teriakan teriakan yang meminta acara supaya dihentikan. Perintah atau inisiatif penghentian pertunjukan topeng tersebut datang dari Entong gendut. Rakyat patuh dan akhirnya mereka bubaran dengan tenang.
Mengetahui pertunjukan topeng distop, wedana menjadi marah. Dia kemudian menyuruh orang memanggil Entong Gendut supaya menghadapnya di Meester Cornelis. Ketika mantri polisi dan demang datang ke Batu Ampar, mereka dapatkan Entong Gendut di rumahnya dikelilingi kawan-kawannya. Ketika Entong Gendut ditanya kenapa ia berani menghentikan pertunjukan topeng, laki-laki itu menjawab: "Demi agama". Ia hendak mencegah perjudian.
Tanggal 9 April 1916, ada info yang memberitahu para pejabat di Pasar Rebo dan Meester Cornelis, bahwa banyak orang berkumpul di rumah Entong Gendut. Sepucuk surat rupanya telah dikirim Entong Gendut kepada demang agar demang menghapap "si Raja Muda" yaitu tidak lain Entong Gendut sendiri.
Hari Ahad dan Seninnya wedana menjadi sibuk. Ia sendiri kemudian yang memimpin patroli. Dengan diiringi sepasukan polisi, ia menuju ke rumah Entong Gendut. Rumah itu pun lalu dikepung. Wedana berteriak supaya entong keluar. Entong menjawab ia akan keluar setelah selesai shalat. Dan ketika ia keluar membawa tombak serta kerisnya, ia mengatakan bahwa dirinya raja. Ia tak tunduk pada hukum apa pun dan termasuk tak tunduk pada hukum Belanda. Para pengikutnya pun berteriak menyatakan mereka tidak takut. Akhirnya Pertempuranpun terjadi. Wedana berhasil ditangkap rakyat. Tapi tak lama kemudian bantuan datang dan akhirnya Entong Gendut mati.
Demikian kisah Entong Gendut, seorang warga yang tidak tega menyaksikan rakyat tertindas oleh kebijakan pemerintah kolonial waktu itu dan hingga dirinya mati dalam rangka aksi protes dan menentang peraturan tidak manusiawi oleh penjajah kolonial beserta segenap pegawai pribumi yang mengabdi pada pemerintah kolonial Belanda. sumber NU.OR.ID
Next
« Prev Post
« Prev Post
Previous
Next Post »
Next Post »
0 Komentar untuk "Haji Entong Gendut, Pahlawan Pemberani dari Betawi"