Masjid Kasunyatan memang tidak setenar Masjid Agung Banten di Banten Lama. Namun, bagi yang mengetahui sejarah, masjid inilah yang akan pertama kali didatangi dan dilihat. Sebab, masjid inilah masjid pertama yang dibangun di daerah Banten.
Bagi yang tidak pernah datang ke Masjid Kasunyatan pasti akan kesulitan. Pasalnya, tidak ada plang nama atau tanda bahwa di Kampung Kasunyatan ini ada sebuah masjid tua. Bahkan, jalan menuju lokasi masjid juga seperti jalan perkampungan pada umumnya. Sudah banyak rumah dan bangunan yang berdiri di segala penjuru masjid. Masjid Kasunyatan seperti terkepung bangunan. Lokasinya yang agak masuk ke perkampungan ini mungkin yang menyebabkan masjid ini agak sepi. Namun, menurut Aminudin, pengurus Kenadiran Kesultanan Maulana Yusuf, Masjid Kasunyatan diurus oleh kenadiran yang juga mengurus kompleks pemakaman Maulana Yusuf.
Masjid yang hanya dipergunakan oleh beberapa warga untuk tadarus saat siang hari, dikatakannya akan ramai saat malam Jumat. "Kalau malam Jumat banyak yang berdoa," kata Aminudin, Selasa (8/7). Aminudin mengatakan bahwa Masjid Kasunyatan memiliki menara segi empat yang bentuknya menyerupai Masjid Pacinan. Menara ini bergaya Portugis, yang diduga dipengaruhi oleh orang-orang Portugis yang saat itu banyak berdagang di wilayah Banten. Apalagi, pelabuhan di Banten merupakan jalur dagang internasional pada masa kesultanan masih berjaya. "Masjid ini juga bentuknya menyerupai Masjid Demak. Diduga dibangun saat Kerajaan Demak berjaya saat itu," ujarnya.
Tubagus Ardabili, salah seorang sesepuh di Kasunyatan, mengatakan bahwa Masjid Kasunyatan adalah masjid yang terkenal dengan masjid serba empat. Sejumlah bagian dalam masjid tersebut selalu mengandung angka empat. Lihat misalnya pintu gerbang masjid tersebut, hanya ada empat. Tiang di dalamnya juga berjumlah empat. Kolam Pekulahan Bintang Empat juga berbentuk segi empat. Menara di samping kanan masjid berbentuk segi empat. Bagian ujung dari atap masjid terdapat payung dan burung berjumlah empat. Bahkan, luas masjid yang 12 X 12 meter itu jika dikalikan akan didapatkan hasil 144.
"Bilangan 144 itu sesuai dengan jumlah huruf dalam Surat Al Fatihah," kata Ardabili.
Kesengajaan serba empat yang ada pada sejumlah bagian penting Masjid Kasunyatan tentu saja bukan tanpa arti. Menurut Ardabili, angka empat merupakan simbol bahwa Sultan Hasanuddin ingin mengajarkan empat hal kepada penduduk yang ada di Banten saat itu yakni keislaman, keimanan, keikhsanan, dan keikhlasan. "Aji papat kelima pancer, yang diaji kita empat perkara, sementara pancernya (akar-red) tetap ke Allah. Dari keempat yang diajarkan itu yang tersulit dicapai adalah keikhlasan. Karena tidak banyak yang bisa berbuat ikhlas, maka pembangunan menara segi empat Masjid Kasunyatan hanya dibuat tiga tingkat, meski awalnya akan dibangun empat tingkat," kata Ardabili menerangkan.
Masjid Kasunyatan sendiri, awalnya bernama Masjid Al Fatihah yang berarti pembuka. Karena dahulu di daerah tersebut merupakan daerah kekuasaan kerajaan Hindu, maka Masjid Al Fatihah disimbolkan sebagai masjid pembuka bagi syiar Islam di Banten. "Di masjid inilah Sultan Hasanuddin pertama kali bermunajat kepada Allah," katanya. Terkait Pekulahan Bintang Empat, Ardabili membenarkan bahwa tempat itu sejak dahulu merupakan tempat mandi dan wudlu. "Di situ dulunya untuk meng-Islam-kan orang-orang yang mau masuk Islam," ujarnya. Hingga kini, Masjid Kasunyatan masih dipergunakan oleh penduduk setempat untuk melakukan berbagai kegiatan peribadatan. Saat Ramadan seperti sekarang, Masjid Kasunyatan akan penuh sesak oleh mereka yang ingin melakukan salat Tarawih berjamaah.
MUHAMAD TOHIR
http://www.bantenraya.com/utama/6723--masjid-kasunyatan-masjid-pembuka-islam-di-banten#comment-767
Next
« Prev Post
« Prev Post
Previous
Next Post »
Next Post »
0 Komentar untuk "Masjid Kasunyatan Masjid Tertua di Banten"