Diberdayakan oleh Blogger.

Menghilang, Mahasiswi Stikom Al-Khaeriah dicurigai Ikut Paham Aliran Tertentu

Qonita Nur Ulfah
CILEGON – Mahasiswi Perguruan Tinggi Stikom AL-Khairiyah, Qonita Nur Ulfah (20), menghilang sejak awal April lalu. Diduga lantaran direkrut paham radikal. Orangtua telah melapor ke Polres Cilegon namun hingga kini belum membuahkan hasil.
Berdasarkan penuturan ibu korban, Sumarni, pada Jumat 1 April lalu sekira pukul 12.300 Wib, Qonita pamit untuk melakukan pengajian. Ketika saatnya pulang, Sumarni hendak menjemput namun korban mengirim pesan singkat agar jangan menjemput.
Karena sang ibu penasaran ahirnya ia menanyakan posisinya namun Qonita kemudian membalas bahwa ia akan berangkat ke Bogor untuk melakukan kegiatan pesantren kilat yang diinisiasi oleh Badan Kemahasiswaan tempat korban mengenyam pendidikan.
Tak kunjung mendapat kabar, pada hari Senin, ibu korban mendatangi BEM kampus mempertanyakan keberadaan korban. Namun pihak BEM menyatakan bahwa tidak ada kegiatan tersebut. Kemudian Sumarni pum bertanya kepada rekan-rekan kuliah anaknya.
Dari hasil penelusuran tersebut, sebelum korban menghilang, terakhir kalinya sempat terlihat bertemu dengan seorang wanita yang mengenakan kerudung di salah satu masjid yang ada di Kecamatan Citangkil.
“Kejadian tepat tanggal 1 April, pas siang habis Jumat. Dia bilang mau pengajian, terus saya berniat menjemput anak saya, saya sms dulu anak saya mau nanya dia ada dimana supaya saya jemput. Malah sms tidak dibalas, ditelpon juga ngga diangkat. Ngga lama kemudian, anak saya sms dan bilang mau ikut pesantren kilat di daerah Bogor, untuk dua hari Sabtu dan Minggu. Karena saya percaya anak saya, saya balas pesan supaya hati-hati di jalan. Malamnya, ada pesan dari anak saya, kalau ibu tidak usah kwatir dan bilang kalau dia baik-baik saja. Karena sampai Senin pagi dia tidak datang, saya langsung datangin kampus. Dibilang sama pihak BEM kampus kalau tidak ada kegiatan pesantren kilat ke Bogor,” ungkap Sumarni, menceritakan hal itu kepada awak media di Ruang Pressroom Pokja Wartawan Harian di Kantor Walikota Cilegon, Selasa (12/4).
Mendapati informasi itu, ia segera melapor kepada pihak kepolisian. Karena menunggu proses yang lama di kepolisian, Sumarni memutuskan untuk mencari sendiri dengan cara bertanya ke rekan-rekan kuliah korban.
“Kata temannya dia terlihat waktu Jumat itu bertemu seorang wanita berkerudung di depan masjid di Citangkil. Teman-temannya tidak tahu siapa wanita itu. Saya curiga, anak saya direkrut sama orang yang beraliran radikal,” tutur ibu korban sambil menangis.
Sumarni menyatakan, perilaku putri sulungnya itu belakangan sebelum menghilang memang mengalami perubahan yang drastis. Selain rajin untuk melakukan pengajian, korban juga lebih tertutup untuk berkomunikasi. “Dia lebih rajin solat tepat waktu semenjak ikut pengajian itu. Dan dia bilang kalau pengajiannya pindah-pindah, pernah juga ada di Grogol. Semenjak rajin pengajian, anak saya lebih tertutup dan tidak mau cerita aktivitas dia diluar rumah,” tandas Sumarni, warga yang tinggal di Lingkungan Sambirangon, Kelurahan Karangasem, Kecamatan Cibeber itu.
Upaya untuk mencari korban, kata Sumarni, tidak berhenti begitu saja. Kecurigaan bila anaknya diduga direkrut oleh aliran tertentu muncul saat tetangga berusaha mengkonfirmasi keberadaan korban dengan menghubungi nomor telepon yang dimiliki korban.
“Pernah tetangga saya mencoba cek keberadaan dia, yang mengangkat teleponnya itu seorang laki-laki. Dan tetangga saya memancing untuk bergabung, dan dibilang boleh saja. Habis itu handphonenya mati,” jelasnya.
Sumarni berharap agar pihak kepolisian dan masyarakat dapat membantu anaknya yang hilang. Karena hampir satu bulan dari laporan polisi yang dibuat di Mapolres Cilegon, putri sulungnya itu, belum juga ditemukan.
“Tadi saya telepon ke polres, tapi dibilang belum ada tindak lanjutnya. Saya bingung mau gimana lagi, mudah-mudahan saya ini bisa dibantu. Anak saya terkahir pakai baju kaos lengan panjang warna biru, dengan jilbab warna biru dengan tinggi 157 centimenter,” tandasnya.
Sementara itu, Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Cilegon, Puji Rahayu Salim yang turut mendampingi orangtua korban, mengatakan sebagai lembaga sosial independen, pihaknya terpanggil untuk turut membantu pencarian jejak korban yang belum ditemukan selama satu bulan lamanya. Ia meminta agar pihak kepolisian dapat membantu mencari jejak korban, dimana dikwatirkan Qonita diduga menjadi korban pencucian otak dari organisasi radikal yang ada di Cilegon.
“Sebenarnya ini bukan ranah kita, tetapi korban ini perempuan dan meminta bantuan kami. Sifatnya, kami disini mendampingi, dan turut membantu mencari korban. Kemarin memang ada kasus yang sama anak hilang juga, sama juga ada perekrutan. Makanya, kita mencari korban, kemungkinan ini diduga ada maksud perekrutan pihak tertentu yang ada di Cilegon,” jelasnya.

Sumber Artikel: http://tangselpos.co.id
Sumber gambar: 
http://local1news.com

Bagikan :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "Menghilang, Mahasiswi Stikom Al-Khaeriah dicurigai Ikut Paham Aliran Tertentu"

 
Template By Kunci Dunia
Back To Top